Rabu, 03 Mei 2017

Tafsir Perjanjian Lama (Rut 2:18-23)



Menafsirkan Kitab Rut 2:18-23
(Metode Kanonikal)
I.                   Pendahuluan
Rut adalah salah seorang tokoh dalam Kitab-kitab Sejarah. Rut ini bukanlah hanya nama tokoh dalam kitab sejarah melainkan sekaligus nama sebuah Kitab-kitab sejarah. Kitab Rut ini juga terjadi pada masa pemerintahan para hakim-hakim, yaitu pada masa kemurtadan bangsa Israel kepada Tuhan yang mengakibatkan terjadinya kekacuan, peperangan dan penghukuman Tuhan. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan bagi setiap yang membaca.

II.                Pembahasan
2.1. Pengertian dan Latar Belakang Metode Kanonikal
Kanonikal berasal dari kata Ibrani, yaitu “Qaneh” yang berarti “gelagah” atau “batang” papyrus sejenis tanaman serai atau tebu manis. Gelagah dipakai sebagai tongkat pengukuran atau garis yang lurus, maka kata “Kanon” dapat diartikan sebagai “ukuran” atau “buluh pengukur” (I Raj. 14:15).[1] Kata Kanonik tidak ada dalam Alkitab, tetapi Alkitab disebut kanon yakni kitab yang mempunyai kewibawaan Ilahi. Kanon Alkitab ini menunjukkan bahwa pada kumpulan Kitab yang diterima umat sebagai yang memiliki otoritas firman Allah dan karena itu menjadi tolak ukur tertinggi bagi iman serta hidup dan hanya Kitab-Kitab ini yang bersifat normatif untuk umat.[2] Dimana pengertian kanonikal itu adalah salah satu metode menafsir yang melihat suatu teks bukan merupakan kesendirian melainkan suatu bagian dari kumpulan-kumpulan Kitab yang berotoritas dan diterima melalui proses pengkanonan.[3] Oleh karena itu untuk menafsirkan sebuah teks secara kanonik, penafsir memusatkan perhatiannya bukan pada maksud semula penulisnya atau pada keadaan-keadaan dari situasi semula atau sejarahnya, tetapi bagaimana teks dalam bentuk dan maksudnya yang sekarang atau menggali pesan dari Alkitab atau teks itu sebagaimana Alkitab itu adanya seperti yang sekarang, sehingga dapat menyampaikan kesaksiannya tentang teologis mengenai iman dan Injil.
Konsep kanon awalnya lahir sebagai respon atas adanya pendekatan historis Alkitab pada zaman pencerahan yang berusaha menganalisa Alkitab secara kritis. Sejak itu kanon Alkitab dan otoritasnya mulai dipersoalkan. Hasilnya pada abad 17 dan 18 muncul konsep kanon kitab suci, dimana penerimaan akan otoritas dari Kitab-Kitab kanonik dikukuhkan kembali oleh Gereja.[4] Penafsiran ini muncul karena metode analisa sejarah yang kurang memperhatikan pesan teks secara menyeluruh baik PL dan PB. Masalah yang timbul bukan sekedar arti dari Alkitab secara menyeluruh, tetapi juga metode pendekatan kanon, penekanan proses dan kritik kanon itu sendiri.[5]
2.2.Kekurangan dan Kelebihan
2.2.1.      Kelebihan Metode Kanonikal
1.      Dalam Kitab  Kanonikal Alkitab dipandang sebagai Firman Allah dan sejarah pembentukannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh Allah yang berkarya dan berkomunikasi didalam, melalui dan kepada umatnya. Dan metode kanonikal berhubungan, berkaitan, sinkron dengan teks-teks yang lain dalam Alkitab
2.      Menafsir dengan cara Kanonikal, maka teks dapat di lihat secara keseluruhan dan utuh. Hal ini karena tidak adanya pemenggalan-pemenggalan teks dalam proses penafsiran sehingga makna yang ditimbulkan oleh penulis alkitabiah dapat dimengerti. Dan metode ini mengaku bahwa adanya kesatuan teologi dari semua kitab dalam Alkitab.
2.2.2.      Kekurangan Metode Kanonikal[6]
1.      Metode kanonikal kurang bersifat historis. Hal ini menjadi peristiwa khusus seperti pendekatan terhadap nats mula-mula menurut tradisi, maksud semula penulisnya, peristiwa atau pengalaman yang ada dibalik teks atau konteks psikologi maupun sosiologis historis yang melahirkan teks kurang diperhatikan.
2.      Adanya perbedaan kanon antara umat beriman pemelihara kitab membuat metode ini menpunyai unsur subjektifitas atau realifitas.
2.3. Pengertian dan Latar Belakang Kitab Rut
Kitab Rut adalah sebuah Kitab didalam Alkitab yang menceritakan tentang kisah Rut. Dalam bahasa Ibrani Rut adalah “רות” (Belas Kasih) adalah seorang perempuan Moab yang menikah dengan Mahlon, salah seorang putra Naomi dan Elimelekh. Suaminya kemudian meninggal karena bencana kelaparan. Rut akhirnya menjadi istri Boas dan memperanakan Obed[7].
Rut adalah seorang perempuan saleh dari Moab menantu Naomi, seorang wanita Yehuda yang telah ditinggal oleh suami dan kedua anak laki-lakinya ketika diam di Moab. Ia sungguh membawa berkat bagi keturunan Abraham. Ia adalah leluhur Daud, dan satu dari empat wanita, semua orang asing dalam silsilah Yesus menurut catatan Matius (Mat. 1:5).[8]
2.4. Penulis dan Waktu penulisan Kitab Rut
Beberapa ahli berpendapat kitab ini tersusun pada abad ke-10 SM. Namun, mengenai tanggal dituliskannya kitab Rut ada perbedaan pendapat. Segala macam kemungkinan sudah dikemukakan, mulai dengan zaman raja Daud dan Salomo sampai dengan zaman Nehemia. Ada berbagai pertimbangan untuk menanggalkan kitab itu di zaman belakangan, seperti tempat kitab itu dalam Alkitab Ibrani, bahasanya, adat-istiadat yang disinggung dalam kitab itu, ajaran yang terkandung di dalamnya. Tetapi pertimbangan-pertimbangan itu tidak sampai memberi kepastian. Adalah mungkin, bahwa kitab kecil ini, dengan kecualikan ayat-ayat terakhir, dikarang di zaman para raja. Berdasarkan penelitian oleh para ahli kitab, telah ditemukan beberapa naskah yang berkaitan dengan Kitab Rut. Adapun naskah – naskah tersebut adalah :
ü  Gulungan Laut Mati: (sekitar tahun 1 S.M.) 4 salinan terpisah menurut The Dead Sea Scrolls Today hlm. 30 dan Wycliffe Bible Dictionary hlm .436-438. Gulungan itu disebut 2Q16, 2Q17, 4Q104, 4Q105. (The Dead Sea Scrolls in English 4th ed. xxix – xlii) 2Q17 terdiri dari dua bagian, 4Q104 terdiri dari tiga bagian, salah satunya adalah permulaan. 4Q105 terdiri dari tiga bagian salinan Rut yang lain. (The Dead Sea Scrolls Translated : The Qumran Texts in English 2nd ed. hlm. 471,481)
ü  Naskah Kitab Suci Kristen, berasal dari sekitar tahun 350 M, mencakup Perjanjian Lama termasuk Rut.
ü  Vaticanus (325-350 M.) telah mencakup semua kitab Rut.
ü  Alexandrinus (sekitar tahun 450 M.) telah mencakup semua kitab Rut.[9]
Menurut tradisi Talmud, Samuel adalah penulis kitab ini. Adapun sebagai dukungan dari keyakinan tradisi yang tersebut adalah :
·      Kitab ini ditulis pada zaman pemerintahan Daud. Sebagai dukungan, nama Daud disebutkan dalam pasal 4 : 17, 22, tetapi Salomo tidak disebutkan, berarti kitab Rut ditulis sebelum Salomo menjadi raja.
·      Gaya bahasa Ibraninya ( ungkapan dan tata bahasa ) berbeda dengan gaya bahasa kitab Ester dan Tawarikh, melainkan juga dengan kitab Nehemia dan Yunus. Namun, gaya bahasa yang dipakai dalam kitab Rut sejajar dengan gaya bahasa yang dipakai pada bagian – bagian terbaik kitab Samuel.[10]
Penafsir menyimpulkan bahwa Penulis Kitab Rut adalah Samuel dikarenakan sudah jelas naskah yang jelas dikatakan.
2.5. Tempat Penulis Kitab Rut
Tradisi Yahudi menempatkan Kitab Rut dalam kumpulan-kumpulan Kitab-kitab (Ketuvim). Namun, Septuaginta, yang diikuti oleh Vulgata dan Alkitab Bahasa Indonesia menempatkan kitab tersebut setelah Kitab Hakim-hakim, sebab kitab tersebut menceritakan kisah yang sama. Orang Yahudi menempatkan dan menuliskan membacakan Kitab Rut dalam kebaktian di Sinagoge pada hari raya Pentakosta (Hari raya selesainya penuaian).[11]
2.6. Tujuan Penulisan Kitab
Kisah Rut ini dituliskan untuk umat Israel bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana Allah mempergunakan orang Yahudi dan orang-orang dari bangsa lain untuk melaksanakan rencana-Nya di dunia. Rut bukan orang Israel melainkan orang Moab. Jaminan perlindungan dari keluarganya sendiri, ia lepaskan untuk hidup di Israel bersama dengan mertuanya, Naomi seorang janda Israel yang kedua anak laki-lakinya telah meninggal. Ayat-ayat terakhir kisah ini menceritakan bagaimana Rut dan keturunannya menjadi nenek-moyang Daud, raja terbesar Israel.[12]
2.7. Kedudukan Kitab  Rut dalam Kanon
Dalam Alkitab LAI, Rut terdapat sesudah Hakim-hakim, sebagaimana halnya dalam terjemahan LXX dan Vulgata. Tetapi dalam Alkitab cetakan Ibrani, Rut tampil dalam bagian terakhir, yang diterima selaku kitab yang Kanonik, dimana kitab ini merupakan yang kedua dari kelima surat gulungan yang dipergunakan secara liturgis dalam rumah sembahyang. Talmud Babilonia yang lebih tua dari abad ke 6, memulai Ketubim dengan Rut, disusul oleh Mazmur. Daftar-daftar lain, mencatat Rut merupakan yang pertama dari kelima surat gulungan, karena memang secara kronologis, kitab inilah yang pertama, kemudian dipindahkan ke tempat yang cocok secara historis, yakni antara Hakim-hakim dan Samuel.[13] Di dalam kanon Perjanjian Lama, kitab Rut diletakkan diurutan kedelapan khususnya dalam Kitab Sejarah. Kitab Rut isinya singkat dan kurang populer dibandingkan Kitab Ester dengan tokohnya. Meski dua tokoh utamanya perempuan yaitu menekankan pernikahan sebagai penentu martabat perempuan. Satu-satunya bagian yang populer adalah komitmen luar biasa (Rut 1:16-17) yang sering menjadi teks untuk pernikahan atau pembaptisan.[14]
2.8. Struktur Kitab[15]
1.      Kemalangan Naomi (1:1-5)
2.      Naomi dan Rut (1:6-22)
·      Keputusan Naomi untuk meninggalkan Moab (1:6-13)
·      Kasih Rut yang setia (1:14-18)
·      Naomi dan Rut ke Betlehem (1:19-22)
3.      Rut bertemu dengan Boas di ladang waktu panen (2:1-23)
·      Pemeliharaan Allah dalam keputusan Rut (2:1-3)
·      Persediaan Allah dalam keputusan Rut (2:4-16)
·      Rut bercakap-cakap dengan Naomi (2:17-23)
4.      Rut dan Boas di tempat pengirikan (3:1-18)
·      Pengarahan Naomi mengenai Boas (3:1-5)
·      Permohonan Rut kepada Boas untuk menjadi penebus-kerabat (3:6-9)
·      Tanggapan Boas kepada Rut (3:10-18)
5.      Boas menikahi Rut (4:1-12)
·      Perjanjian Penebus-kerabat (4:1-12)
·      Pernikahan dan seorang Putra (4:13)
6.      Perwujudan Harapan Naomi (4:14-17)
7.      Silsilah: Peres sampai Daud (4:18-22)
2.9. Analisa Teks
2.9.1.      Perbandingan Bahasa
Ayat 18
LAI                         : Dipungutnya itu
Bibel                       : Jinamputanna i (Dikumpulkan)
NIV                         : She Took It Up (Dan Dia Mengambil Itu)
TM                          : וַתִּשׇּׂא (Dan Dia Mengambil Itu)
Kesimpulan             : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 19                  : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 20
LAI                         : Kaum kerabat kita
Bibel                       : Sumolhot Tu Hita (Salah Satu Kerabat Kita)
NIV                         : One of our nearest kin (Salah Satu Kerabat Kita)
TM                          : מׅגֹּאֲלֵנוּ (Salah Satu Kerabat Kita)
Kesimpulan             : Yang mendekati TM adalah Bibel dan NIV
Ayat 21
LAI                         : Lagipula ia berkata kepadaku
Bibel                       : Didok Mandok Ahu (Dikatakan Kepadaku)
NIV                         : Besides he said to me (Dia Mengatakan kepada Saya)
TM                          : נַם כִּי־אׇמֵר אֵלַי (Dikatakan Kepadaku)
Kesimpulan             : Yang mendekati TM adalah Bibel
Ayat 22
LAI                         : Perempuan
Bibel                       : Boruboru (Perempuan-perempuan)
NIV                         : With his Maidens (Dengan Gadisnya)
TM                          : עׅם־נַעֲרוֹתׇיו (Dengan Gadisnya)
Kesimpulan             : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 23
LAI                         : Menuai Gandum
Bibel                       : Gotilon Patumonaan (Panen Gandum)
NIV                         : Wheat Harvest (Panen Gandum)
TM                          : וּקְצִיר הַחִטִּים (Panen Gandum)
Kesimpulan             : Yang mendekati TM adalah NIV Bibel
2.9.2.      Kritik Apparatus
Ayat 18a: Dalam Teks Masora terdapat kata וַתֵּרֶא yang artinya “Untuk Melihat”. Kritik Apparatus mengusulkan kata וַתַּרְא yang artinya “Dan Melihat Pula”, yang jumlah kecil yaitu 3-10 kodeks tulis tangan Perjanjian Lama Siria Vulgata.
Kesimpulan: Penafsir menerima Kritik Apparatus karena memperjelas makna teks.
Ayat 23a-a: Dalam Teks Masora Terdapat kata וַתֵּ֯שֶׁב אֶת־חֲמוֺתׇֽהּ yang artinya “Tepat dekat pada pengerja-pengerja”. Kritik Apparatus mengusulkan kata וַתָּשָׁב אֶל yang artinya “Dan Duduk Untuk”, yang jumlahnya kecil yaitu 3-10 kodeks tulis tangan vulgata.
Kesimpulan: Penafsir Menolak Kritik Apparatus karena memperkabur makna teks.
2.9.3.      Terjemahan Akhir
Ayat 18: “Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota. Ketika mertuanya dan melihat pula dan dia mengambil itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu.”
Ayat 19: “Maka berkatalah mertuanya kepadanya: “Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!” lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: “Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas.”
Ayat 20: “Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup yang mati.” Lagi kata Naomi kepadanya: “Orang itu salah satu kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.”
Ayat 21: “Lalu kata Rut, perempuan Moab itu: “Dikatakan kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sampai mereka menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku.”
Ayat 22: “Lalu berkatalah Naomi kepada Rut, menantunya itu: “Ya anakku, sebaiknya engkau keluar bersama-sama dengan pengerja-pengerjanya dengan gadisnya, supaya engkau jangan disusahi orang di ladang lain.”
Ayat 23: “Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim panen gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya.”
2.10.                     Tafsiran
Ayat 18:
Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu. Naomi Pasti terkejut melihat jumlah jelai yang dibawa pulang oleh Rut. Diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah dia kenyang. Rut menyerahkan makanan yang masih ada kepada mertuanya sesudah dia sendiri makan (Rut 2:14; Joh 6:12-13; 1 Tim 5). Firman Tuhan ini terjadi pada waktu panen atau tahunan Yahudi, yakni hari raya Pentakosta (Kis. 2:1). Rut mengalami bencana besar yaitu bencana kelaparan yang menimpa keluarganya. Naomi mertuanya Rut anaknya telah meninggal, sehingga Rut menjadi janda, akan tetapi Rut tidak meninggalkan Mertuanya. Kasih setia Rut kepada Mertuanya sungguh besar merupakan bukan kesetiaannya yang biasa, tetapi kasih dan kesetiaan yang tulus yang lahir dari implikasi iman yang telah dikecap, dialami dalam keluarga yang beriman.
Ayat 19:
Naomi heran karena banyaknya jelai yang dibawa Rut. Banyaknya itu hanya mungkin, jika Rut berjumpa dengan orang yang baik hati kepadanya. Dimana engkau memungut...hari ini? Setelah terkejut melihat jumlah jelai yang dibawa oleh menantunya, Naomi menanyakan diladang siapakah Rut tadi memungut jelai. Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas. Boas adalah tuan tanah yang kaya dan juga kerabat dekat Naomi. Didalam kedudukan itu dia bisa membeli tanah keluarga Naomi yang sah (Im. 25:25) dan memelihara para anggota kerabatnya yang tidak berdaya itu. Naomi merasa hidup kembali setelah ternyata Rut menjadi menantu yang dapat diandalkan dan ada Boas yang diharapkan membebaskan mereka dari lingkaran kemiskinan (Amsal 28:19).
Allah juga memerintahkan bangsa Israel untuk bekerja untuk dalam melakukan pekerja itu agar jangan malas dan jangan merasa susah supaya pekerjaan mu diberkati sama halnya dengan Rut seorang perempuan yang tulen dalam melakukan pekerjaannya (Ul.15:18). Boas adalah seorang yang kaya, tapi dia tidak menyombongkan diri dalam harta kekayaannya, dia mau membantu orang yang susah. Dan inilah pertandanya bahwa Allah mempersatukan mereka yaitu Rut dan Boas. Dalam hal “menolong” siapa yang memegang perintah dan menolong sesamanya dia akan ditolong oleh Tuhan Allah (Yes. 41:13). Dalam PB juga dikatakan bahwa Allah menolong Israel, dikarenakan mengingat semua rahmat-Nya yang diberikannya (Luk. 1:54).
Ayat 20:
Ini diambil dari bahasa Ibrani yaitu “qarob lanu ha`is migo`alenu hu” yang artinya “orang itu salah satu kerabat kita”, dia salah seorang penebus kita. Satu kali ga`alo haqqarob ditejemahkan kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat (Im. 25:25). Mengingat go`el merupakan istilah teknis yang penting dalam Kitab Rut dan juga penting dalam kerangka institusi “penebusan”, sebaina diterjemahkan “penebus” dipakai secara konsisten di seluruh Kitab ini. Penebus disini adalah keluarga dekat yang berhak membebaskan kerabatnya dari kemalangan. Melalui kehadiran Boas, gagasan penebusan menggerakkan alur cerita hingga selesai. Berulang kali akar kata g`l (3:13 [4kali], 4:4 [4kali], 6 [3 kali], “menebus”). Dalam pengertian sehari-hari, menebus adalah memperoleh kembali suatu barang dengan cara memberi sesuatu sebagai tebusan kepada orang yang telah menguasai barang itu. Penebusan yang dimaksud disini tidak persis sama dengan pengertian itu. Allah digambarkan sebagai penebus (go`el) umat, secara kolektif maupun individual, membebaskan mereka dari kemalangan. Allah digambarkan sebagi malaikat yang telah membebaskan Yakub dari bahaya ( kej. 48:16). Allah membebaskan Israel dari perbudakan Mesir (Kel. 6:6; 15:13; Mzm. 77:15; 106:10). Allah juga membebaskan mereka dari penawanan dan membawa mereka kembali dari pembuangan (Yes. 43:1; 44:22-23; 52:9). Orang yang dibebaskan dari tangan musuh disebut ge`ulim (Mzm. 107:2, yaitu “orang-orang yang ditebus”), juga mereka yang kembali dari pembuangan (Yes. 51:10, “orang-orang yang diselamatkan”).
Raja yang merupakan wakil Tuhan didunia wajib membebaskan orang miskin dari penindasan dan kekerasan (Mzm. 72:12-14). Secara individual, Allah membebaskan manusia dari dunia orang mati (Hos. 13:14), dan bahaya maut (Rat. 3:58), dan dari ketidakadilan ketika mengalami perkara (Mzm. 119:154). Karena pekerjaan menebus menjadi karakteristik ilahi, secara khusus Allah disebut penebus (Mzm. 19:15; Yer. 50:34). Ayub menaruh keyakinan bahwa Allah penebus yang akan membebaskannya dari kemalangan yang dideritanya (Ayb. 19:25). Ada kemiripan penebusan yang dilakukan manusia dan penebusan yang dilakukan Tuhan. Pertama, penebusan terkait dengan pembebasan dari kemalangan. Kedua, penebus adalah orang yang berhak (bukan wajib) menebus. Memasukkan unsur kewajiban ke dalam penebusan yang dilakukan Tuhan menimbulkan problem teologis. Tuhan menebus bukan karena kewajiban, melainkan kasih yaitu tidak terpaksa, tetapi dengan rela.
Naomi memberitahukan Rut bahwa Boas adalah seorang penebus. Tidak sembarangan orang berhak menebus ladang Elimelek. Boas memiliki hak untuk menebus, bukan wajib atau bertanggung jawab dalam melakukan menebus. Oleh kerena itu, inisiatif menebus nanti tidak datang dari penebus, tetapi dari Naomi dan nadanya tidak menuntut (4:3). Boas dan penebus lain sebelumnya tidak dikatakan telah melalaikan kewajiban menebus.
Ayat 21:
Dalam bahasa Ibrani kol-haqqasir `aser li yang artinya “seluruh panenku”. Urusan panen bukan hanya menyabit, melainkan juga mengumpulkan hasil tuaian kedalam berkas-berkas, mengiriknya. Menurut kalender Gezer, sesudah sebulan penuh menuai jelai, sebulan kemudian panen lain menyusul (diperkirakan gandum; bnd. 2:23). Dalam hal memanen, bangsa Israel pun dalam hal menyimpan hasil panennya merupakan pemberiaan Allah dan harus menjaga hasil panen supaya menjadi lebih baik (Im. 25:10).
Dalam hal mengenai “Gandum” yaitu Allah berbicara kepada bangsa Israel bahwa Gandum merupakan hasil makanan mereka dengan untuk bertahan hidup (Hosea 9:2). Tuhan Allah juga menyuruh pekerja-pekerjanya yang datang dari semua suku Israel akan mengerjakannya (Yeh. 48:19). Barangsiapa yang berlaku curang dalam hal melakukan hasil panen seseorang (Yak.5:4) akan tetapi tetaplah adil dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan aturan yang ada, agar apa yang dihasilkan akan memperoleh hasil yang yang memuaskan dalam hasil panen.
Ayat 22:
Bahasa Ibrani dikatakan tob bitti...welo` yipge`u-bak: “Nak, lebih baik...supaya engkau tidak diganggu orang” (2 Sam. 14:32; 18:3). Terjemahan “mengganggu” untuk idiom paga`be bermakna perjumpaan dalam suasana memusuhi dan siap menyerang, sebuah perjumpaan yang membuat orang jengkel dengan tujuan mengusirnya. Naomi mengatakan kepada Rut: “Ya anakku, sebaiknya engkau keluar bersama-sama dengan pengerja-pengerjanya perempuan.” Jika Boas bersikap baik kepadamu, jangan pergi ketempat lainnya lagi, kata Naomi menashati. Trimalah kemurahan hatinya dan tetaplah bersama para pekerja dengan gadisnya. Boas sungguh murah hati membantu keluarga Rut, dia inilah yang menyelamatkan kehidupan Rut dan membangkitkan Rut dalam keselamatan dan membantu dia dalam kehidupan ekonomi hidupnya. Allah juga mengajarkan kepada setiap manusia haruslah mengingat perkataan dan Allah akan memberi dan memperhatikan umat-Nya itulah memperoleh keselamatan (Mzm. 106:4). Disini juga Boas adalah pahlawan bagi Rut. Kasih dalam membantu Rut tidak pura-pura, sehingga Allah menyatukan mereka sebagai pasangan suami-istri (3:6-15).
Dalam PB, Paulus juga mengatakan surat ke jemaat Roma bahwa kasih itu jangan pura-pura, sama halnya juga kehidupan Boas yang tulus membantu Rut (Rom. 12:9).
Ayat 23:
Sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Sepanjang musim menuai Rut terus bekerja dengan para pekerja perempuan Boas pada pagi hari dan pulang ke rumah mertuanya pada malam hari. Rut pulang dengan hasil pungutan yang spektakuler untuk ukuran pendatang yang baru bekerja pada hari pertama. Naomi tidak perlu khawatir tentang apa yang akan dimakan. Dalam hal ini Rut masih tetap setia bekerja pada Boas. Dalam setiap melakukan pekerja harus mengandalkan Tuhan dan tetap setia kepada tuannya dan berikat pedang pada pinggangnya (Neh. 4:18).
III.             Refleksi Teologi
Nama 'Rut' (bahasa Ibrani) berarti 'belas kasih'. Sesuai dengan arti namanya, Rut juga beroleh belas kasih dari Tuhan, hidupnya mengalami pemulihan dan diberkati Tuhan. Menarik sekali jika memperhatikan kisah perjalanan hidup Rut beserta Naomi, ibu mertuanya ini. Rut, meski telah ditinggal mati suaminya, tetap berkomitmen mengabdi dan mendampingi ibu mertuanya yang juga janda. Inilah permintaan Rut dan Naomi, "...Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;" (Rut 1:21a). Di tengah keterbatasan dan pergumulan yang berat keduanya terus berjuang agar dapat bertahan hidup. Sungguh, di dalam Tuhan selalu ada pengharapan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Dengan cara-Nya yang ajaib Ia campur tangan dalam kehidupan mereka. Sesungguhnya bisa saja Naomi minta tolong langsung kepada Boas, seorang kaya raya, tapi ia sadar Boas bukanlah kerabatnya melainkan kerabat mendiang suaminya. Akhirnya Rut meminta ijin kepada mertuanya pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai yang terlewatkan dari para pekerja, dan ternyata ladang itu milik Boas. Boas yang melihat itu tidak marah, malah menunjukkan kasih dan kemurahannya. Ternyata berita kesetiaan dan kebaikan hati Rut terhadap mertuanya sampai ke telinga Boas. Mungkin kita berkata itu kebetulan. Namun di dalam Tuhan tidak ada perkara yang kebetulan. Ia punya banyak cara untuk menolong umatNya. Cara Tuhan tidak pernah terpikirkan oleh kita. Melalui Boas hidup Rut dan Naomi dipulihkan.
Dalam refleksi saat ini manusia bekerja hanya untuk dunia sesaat. Saya mengambil contoh kehidupannya: Ada orang sekampung saya, dia seorang terbilang kaya, akan tetapi sombongnya minta ampun, jangankan mau minta sumbangan kepada orang ini, akan tetapi pelitnya minta ampun, apalagi ke Gereja hanya uang tahunan saja yang mau dibayar di Gereja. Pernah saya mendengar anaknya mau minta sekolah diluar kampung, akan tetapi orangtuanya hanya mengatakan kepada anaknya: “Lebih baik kamu mengelola ladang kita”, tetapi anaknya tidak mau, karena keterpaksaan anaknya pun menerima permintaan orangtuanya. Semua anaknya hanya tamat SMA. Padahal ekonomi orangtuanya mendukung. Akan tetapi ada yang orangtuanya yang bekerja sebagai tukang becak, anaknya sukses dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan mau membantu lagi dalam orang yang susah, padahal mereka orang yang susah. Kalau dibilang bandal tidak dikatakan bandal, tapi niat sekolahnya sangat tinggi. Itulah pengalaman yang pernah saya dengar pas sesuai dengan konteks Rut dan Naomi merupakan membawa kita dalam kehidupan yang penuh di uji kesetiaan kita, apakah kita mau bertahan hidup tanpa memikirkan harta, tapi kita dapat mempelajari bahwa kehidupan itu memang susah kalau kita malas dalam bekerja. Tetapi kita harus mengucapkan syukur kepada Allah atas apa yang Dia berikan kepada kita.
IV.             Kesimpulan
Keuletan Rut dari pagi hingga sore hari agar menarik perhatian Boas. Sehingga ia menanyakan “Siapakah perempuan itu? Dalam hal tersebut yang diberikan Boas sangat sungguh meluas, mulai dari memberikan izin, menjanjikan perlindungan khusus, sampai makan bersama para pekerjanya, bahkan Boas mengizinkan Rut untuk membawa makanan kepada mertuanya yaitu Naomi. Boas sungguh mengagumi kebaikan Rut kepada Naomi. Begitupula sebaliknya, Rut segera memahami bahwa semua perlakuan Boas padanya adalah suatu kehormatan besar. Imilah kesempatan bagi Rut untuk terus bekerja keras sebelum panen berakhir. Boas tidak menyia-nyiakan kesempatan, Rut adalah wanita pintar, ia peka dalam memahami situasi. Kesempatan yang diberikan Boas dimanfaatkannya untuk mengumpulkan gandum. Tuhan memberkati kerja keras Rut. Mulai saat itu Naomi mertua dari Rut akan menyaksikan bagaimana Allah membukakan kehendak-Nya satu persatu sehingga ia dapat melihat bagaimana segala sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.
V.                Daftar Pustaka
______, Alkitab Edisi Studi, Jakarta: LAI, 2010
Andrew E. Hill, Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008
Den Bring Van, Tafsiran Rut dan Ester, Jakarta: BPK-GM, 1979
Duyverman M. E., Pembimbing Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2009
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008
Erliana Girsang Nova, Menjadi Bijak, Medan: STT-AS,2010
H. Hayes Jhon dan Holladay Carl R., Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 1993
Karman Yongki, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007
Karman Yongki, Kanon dan Tafsir Alkitab, Jakarta: LAI, 2000
Karman Yonky, Tafsiran Alkitab Kitab Rut, Jakarta: BPK-GM, 2015
Lasor W.S., DKK, Pengantar Perjanjian Lama I, Jakarta: BPK-GM, 2005
M. Howard David, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2009
Mulder D.C., Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama, Jakarta: Fasto, 1963
Sitompul, DKK, Metode Penafsiran Alkitab.
Tafsiran Alkitab Masa Kini (Kejadian-Ester), Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1976


[1]M. E. Duyverman, Pembimbing Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 225
[2]Jhon H. Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 151
[3]Yongki Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 5
[4]Yongki Karman, Kanon dan Tafsir Alkitab, (Jakarta: LAI, 2000), 15-16
[5]Sitompul, DKK, Metode Penafsiran Alkitab, 274
[6] Nova Erliana Girsang, Menjadi Bijak, (Medan: STT-AS,2010),63
[7]W.S. Lasor, DKK, Pengantar Perjanjian Lama I, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 317
[8]David M. Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2009), 154
[9]Van Den Bring, Tafsiran Rut dan Ester, (Jakarta: BPK-GM, 1979), 16
[10]Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid M-Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008),  334
[11]D.C. Mulder, Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama, (Jakarta: Fasto, 1963), 221
[12]______, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: LAI, 2010), 423
[13]Tafsiran Alkitab Masa Kini (Kejadian-Ester), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1976),  428
[14]Yonky Karman, Tafsiran Alkitab Kitab Rut, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 1
[15]Andrew E. Hill, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 343

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teologi Praktika

Pemahaman Hidup Persekutuan Gereja (Koinonia) I.                    Pendahuluan Gereja merupakan tempat persekutuan untuk orang perca...