Menafsirkan Kitab Matius 25:14-30
(Metode Historis-Kritis)
I.
Pendahuluan
Injil
Matius 25:14-30 dinyatakan bahwa seseorang yang menerima talenta. Dalam hal ini
bagaimana memperoleh talenta itu dengan mempunyai laba. Dengan metode Historis
Kritis ini kita akan mengetahui lebih jelas maksud dari talenta tersebut.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Metode Historis Kritis
Historis
Kritis merupakan salah satu penafsiran Alkitab yang menggunakan perpektif
sejarah sebagai alat utama untuk menemukan makna yang terkandung dalam suatu
teks Alkitab.
Historis Kritis secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu usaha untuk
mendapatkan informasi mengenai setting dari suatu cerita dengan tujuan untuk
memberikan pertanggungjawabkan historis yang akurat mengenai apa yang
sesungguhnya terjadi pada teks yang dipertanyakan tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode hostoris kritis merupakan sebuah metode
yang sangat diperlukan untuk menggali kebenaran Alkitab tersebut dari segi
sejarahnya. Historis Kritis juga sering disebut higher criticsm yang mempertanyakan tentang penulisan dan waktu
penulisan, kategori-kategori sastranya.
2.2.
Tujuan Metode Historis Kritis
Dalam
kalangan tafsir Perjanjian Baru, tujuan metode historis kritis adalah agar kita
mengetahui apa yang dikatakan pengarang abad pertama dalam bahasa Yunani kepada
pembaca aslinya karena kita tahu bahwa PB tidak ditujukan langsung kepada kita.
2.3.Analisa
Redaksi
2.3.1.
Latar
Belakang Kitab Matius
Kitab
Matius mempunyai amanat tentang "Kabar Baik" (injil; bahasa Inggris:
gospel) bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan,
ini dapat terlihat melalui contoh Doa Bapa Kami. Melalui Kerajaan Allah
inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian bagi semua
bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir. Melalui Yesus itulah Tuhan
menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama
kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi
dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk
bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
2.3.2.
Penulis,
Waktu dan Tempat Penulisan Kitab Matius
Para
ahli umumnya berpendapat, bahwa Injil ini dikarang oleh Matius sendiri, sebab
dalam banyak hal Injil Matius mengambil alih isi Injil Markus dengan cara
hampir harfiah (bnd. Mat. 14:22-27 dan Mrk. 6:45-50). Para ahli Perjanjian Baru
biasanya berpendapat bahwa Injil Matius di karang di Siria, dimungkinkan karena
Rasul Matius pernah bekerja di daerah itu, sehigga jemaat-jemaat Kristen
menghormati Matius sebagai “seorang bapak”. Dalam tradisi Gereja berabad-abad
lamanya menunjukkan Rasul Matius bekas pemungut cukai menjadi pengarang Injil.
Matius adalah murid Yesus, jadi ia menyaksikannya dengan mata dan telinganya
sendiri, sehingga penyaksi mata, ia tidak bersandar kuat dengan sumber-sumber
lain. Namun jika sumber-sumber tradisi Gereja itu diperiksa (Ireneus, Origenes, Eusebius,Hieronynus),
semuanya akan berbicara tentang seseuatu Injil dalam bahasa Aram, dan Injil
yang dimiliki menurut para ahli bukanlah terjemhan, melainkan karangan Yunani
asli.
Kutipan-kutipan Injil dalam karya para penulis Gereja yang pertama seperti Papias dan Ignatius sangat menyerupai ayat-ayat dalam Injil Matius, dan ini
menunjukkan bahwa Injil yang pertama ini mungkin pilihan jemaat Siria Yahudi.
Lagipula Gereja di Antiokhia adalah Gereja yang mempunyai anggota pertama bukan
Yahudi dalam jumlah yang lumayan yang berbicara dalam bahasa Aram maupun
Yunani. Maka dapat diperkirakan bahwa Injil Matius sekitar tahun 70 dan
disebarluaskan oleh mereka yang bekerja dari Gereja Antiokhia.
Keputusan:
Para Penafsir menyetujui bahwa penulis Injil Matius sekitar tahun 70 SM di
Antiokhia.
2.3.3.
Tujuan
Penulisan Kitab
Injil
Matius ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan dengan sistematis dan dengan
penuh hormat bahwa Yesuslah Mesias yang sudah dijanjikan oleh Allah dalam
Perjanjian Lama. Didalam Dia Kerajaan Allah telah datang, dan nanti akan
berkembang sampai kepada kesudahan alam. Barangsiapa yang menerima Dia, ia
menjadi anak Kerajaan Sorga, terang dunia.
Perlu dipahami bahwa Injil Matius adalah Kitab yang ditulis untuk orang-orang
Yahudi yang berdiaspora tepatnya disekitar wilayah Siria. Kitab ini ditulis
untuk meyakinkan orang-orang Yahudi pula atau ditujukan kepada orang Yahudi
namun Non-Yahudi pun memperoleh bagian karena kebebalan orang Yahudi.
Tujuh ciri utama menandai Injil ini:
1. Kitab ini
merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
2. Ajaran dan
pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling
teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua Gereja sudah mempergunakan Injil
ini untuk membina orang yang baru bertobat.
3. Kelima
ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat
pengajaran Yesus:
Ø selama
pelayanan-Nya di Galilea.
4. Injil ini
secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan Perjanjian Lama jauh lebih
banyak daripada kitab lain di Perjanjian Baru.
5. Kerajaan
Sorga dan Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada Kitab lain
di Perjanjian Baru.
6. Matius
menekankan:
Ø Standar-standar
kebenaran dari Kerajaan Allah (Mat 5-7).
Ø Kuasa
kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian.
Ø Kejayaan
kerajaan itu pada masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
7. Hanya Injil
ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi
milik Yesus di kemudian hari (Mat. 16:18; Mat. 18:17).
2.3.5.
Kritik
Sastra
Kelima
Kitab Perjanjian Baru yang pertama, Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan Kisah
Para Rasul berisi sejarah. Semuanya menceritakan kisah menggambarkan kehidupan
serta karya pelayanan Yesus dipandang dari sudut pandangan yang berbeda-beda.
Gaya bahasa mendapat perhatian Matius. Bahasa Markus pada umumnya bersifat
sederhana, bahasa rakyat. Matius memperindah bahasa itu sesuai dengan
septuaginta, sehingga lebih layak untuk dibaca.
Dengan kata lain, bahasa yang digunakan dalam nats adalah gaya bahasa yang sama
seperti yang digunakan dalam Kitab Markus, tetapi Matius memperhalus bahasa
yang digunakan dalam Markus, sehingga bahasa yang digunakan dalam Kitab Matius
lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca, sehingga kesederhanaan bahasa
itulah yang tetap dipertahankan oleh penulis Kitab Matius sebagai gaya bahasa
nats tersebut. Dan bahasa yang digunakan dalam nats ini adalah bahasa Aram
sebagai bahasa pergaulan.
2.3.6.
Kritik
Bentuk
Bahan-bahan
Injil Matius, Markus, dan Lukas maka dilihat bahwa ketiga Injil memiliki
sejumlah besar bahan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Itu bisa
terlihat dalam perikop, alur cerita, bahkan kesamaan dalam susunan kalimat.
Kadang-kadang satu laporan tentang ucapan, pengajaran (Perumpamaan) dan
perbuatan Yesus sama-sama dilaporkan oleh ketiga Injil ini.
2.3.7.
Kritik
Sumber
Disamping
kutipan-kutipan Markus, banyak bahan dalam Injil yang juga terdapat dalam Injil
Lukas. Bahan-bahan ini dianggap berasal dari satu sumber yang sama-sama dipakai
oleh Matius dan Lukas. Dikalangan ahli Alkitab sumber ini dianggap sebagai
sumber Q. Corak dan isi Q tidak dapat ditentukan dengan pasti. Dalam
menggunakan Q, yang sebagaian besar terdiri dari ucapan-ucapan, kelihatannya
Matius, yang memberi tekanan penting terhadap ucapan-ucapan Yesus, lebih merasa
bebas mengubah urutan ayat-ayatnya; sedangkan bilamana ia menggunakan Injil
Markus yang pada dasarnya terdiri dari cerita-cerita, ia tidak berbuat
demikian. Disamping ayat-ayat yang berasal dari kedua sumber utama ini (Markus,
500 ayat; Q, 250 ayat), ada lagi lebih dari 300 ayat dalam Injil Matius.
Ayat-ayat ini adalah khas Matius dan dikenal sebagai M. Sifat-sifat khasnya
dalam Injil Matius terutama berasal dari ayat-ayat ini, yang mungkin berasal
dari kumpulan cerita dari mulut kemulut (tradisi lisan) yang sampai kepada
Matius. Kutipan-kutipan dari PL yang diperkenalkan dengan suatu rumusan khas.
2.3.8.
Kritik
Tradisi
Injil
Matius sangat berwarna Yahudi. Perhatiannya yang khusus adalah penempatan Yesus
dari Nazaret dalam tradisi umat pilihan Allah dan menunjukkan bagaimana Yesus
memperbaharui ikatan dengan tradisi-tradisi ini dan membawanya kepada
pemenuhannya. Matius bersusah payah menunjukkan bagaimana peristiwa tertentu
dalam kehidupan Yesus memenuhi nubuat-nubuat Perjanjian Lama, melalui kisah
sengsara dan kematian Yesus, Matius meyakinkan bahwa peristiwa-peristiwa yang
mengerikan itu adalah kehendak Allah seperti diungkapan dalam Perjanjian Lama.
Jati diri umat Allah juga terungkap dalam ketegangan antara tradisi dan hal-hal
baru. Matius tidak ragu-ragu menganggap Israel adalah sebagai Alkitab, dan
karenanya, tekanan besar dari Injilnya menunjukkan kesinambungan antara Israel
Lama dan dan Israel Baru yang dilaksanakan Allah dalam Yesus Kristus.
v Cerita kelahiran
v Pembaptisan dan pelayanan mula-mula
v Penyembuhan dan Mujizat
v Instruksi untuk para murid sebagai
misionaris
v Respon untuk Yesus
v
Kehidupan
dalam komunitas Kristen
v
Yesus
di Yerusalem
v Yesus dihakimi, disalib, mati, dikuburkan,
lalu dibangkitkan
2.5.
Sitz Im Lebenz
v Konteks Agama
Dari
orang-orang Romawi, agama juga memiliki kedudukan sentral. Mereka memiliki
kepercayaan kepada dewa-dewi, bahkan Kaisar dianggap dewa. Agama primitif pada
awalnya adalah aninisme. Beberapa upacara dan perayaan daerah masih bertahan
hingga sekarang dipara petani di Italia dan Yunani. Secara umum ada lima jenis
agama yaitu Patheon Romawi Yunani, agama-agama rahasia, pemujaan alam gaib dan
filsafat-filsafat.
Diantara agama-agama lain dalam negara Romawi pada abad yang pertama, Yudaisme
menempati suatu tempat khusus yang menjadi agama nasional dan berasal dari
agama Yahudi. Para pengikutnya tidak diperkenankan untuk menyembah atau bahkan
mengakui keberadaan Tuhan dan ilah-ilah lain.
Dalam Perjanjian Baru agama negara menjadi semakin penting yaitu pemujaan
kaisar dan ibukota Roma yang didewakan.
v Konteks Politik
Situasi
politik dalam konteks Matius ini, tidak terlepas dari kekuasaan kekaisaran
Romawi yang selama memerintah tidak pernah memerintah dengan baik. Sejak
pemerintahan Kaisar Nero sampai pada Kaisar Vespasianus orang Yahudi sangat
diperlakukan sangat kejam. Kaisar yang memerintah pada taahun 69 adalah Vitelis
yang diakui oleh senat tetapi dia tidak mampu mengendalikan pasukannya, maupun
menciptakan pemerintahan yang mantap. Tentara wilaah Timur turut campur dalam
urusan pemerintahan pusat dan mengangkat Jendral mereka, Vespasianus sebagai
Kaisar. Pada saat itu Vespasianus yang terlibat dalam suatu peperangan di
Yerusalem. Kemudian dia menyerahkan kepimpinannya di Yerusalem ketangan Titus,
Putranya dengan membawa 80.000 tentara. Tentunya menimbulkan banyak korban jiwa
pada peristiwa itu. Hal ini disebabkan karena pemerintahan Romawi yang sangat
refresif sehingga menimbulkan
pemberontakan.
Pada zaman Matius ini kaisar yang memerintah ialah Kaisar Vespasianus yaitu
kaisar yang menggantikan Kaisar Nero. Kaisar Vespasianus menduduki takhtanya
pada tahun 69-79 SM.
v Konteks Sosial-Budaya
Didalam
konteks sosial adalah dikalangan Yudaisme maupun orang-orang kafir, terdapat
kelompok kaum ningrat yang kaya. Dalam Yudaisme kaum ningrat itu adalah
kelompok alim ulama yang sebagian besar terdiri dari keluarga para imam dan
para rabi. Hal yang sangat kontras terlihat pada stratifikasi sosial yang
tinggi antara orang kaya dan orang miskin. Dalam stratifikasi sosial itu
terdapat banyak-banyak golongan-golongan kaum ningrat, kaum menengah, rakyat
jelata.
Kebudayaan yang dimaksudkan dalam konteks Injil Matius ini ialah budaya “Helenis”. Helenis yang dimaksud yaitu bahasa dan peradaban Yunani mendapatkan
tempat yang tertinggi dalam kehidupan zaman ini. Kebudayaan
Helenis adalah kebudayaan Yunani yang
mencapai tingkat tinggi di Athena. Kebudayaan ini memberi ciri khas pada seni
perdagangan dan gaya berpikir diantara Yunani sesuai dengan pengaruh kebudayaan
Athena.
v Konteks Ekonomi
Memang
pada umumnya Negara Roma cukup toleran dan membiarkan wilayah jajahannya
mengurus perkaranya sendiri, daerah jajahan ini tidak melakukan pemberontakan
dan membayar upeti. Dalam hal itu tergantung pada Raja dan pemerinthan setempat
dalam pengaturan pembayaran pajak kepada pemerintah pajak kepada pemerintah
pusat.
Situasi dalam kehidupan ekonomi ini antara lain adalah:
Ø Pertanian
Di
Italia terdapat tanah-tanah yang luas yang disewakan oleh pemiliknya pada
petani penggarap atau petani bagi hasil, dan yang ditumbuhi oleh hampir semua jenis-jenis
buah-buahan dan biji-bijian yang dapat ditanam.
Ø Industri
Barang-barang
harus dihasilkan oleh tenaga manusia. Pada umumnya pabrik-pabrik merupakan
perusahaan pribadi yang menggunakan tenaga budak. Toko-toko kecil adalah suatu
kelaziman bukan perkecualian. Barang-barang tertentu dihasilkan oleh
daerah-daerah tertentu.
Ø Keuangan
Banyak
kota dalam dalam Negara Romawi yang diberi hak mencetak uang mereka sendiri,
dan mata uang negeri-negeri yang dikalahkan tidak ditarik dari peredarannya
sehingga dalam negara berlaku pelbagai jenis mata uang secara bersama-sama.
Ø Pengangkutan dan Perjalanan
Ada
orang yang menempuh perjalanan yang melelahkan ini dengan berjalan kaki. Ada
yang mengendarai Keledai. Mereka yang lebih kaya menggunakan Kuda atau Bagal,
dan para pejabat atau tokoh masyarakat berpergian dengan Kereta Kuda. Lalu
Lintas perdagangan biasanya lebih banyak berlangsung di laut daripada di darat.
Laut Tengah dipenuhi oleh pelabuhan-pelabuhan yang baik dan tidak pernah sepi
dari pelayaran sepanjang musim. Alexandria adalah pelabuhan terpenting, karena
merupakan jalan masuk hasil biji-bijian dari Mesir.
2.6.
Analisa Teks
2.6.1.
Perbandingan
Bahasa
Ayat
14
LAI :
Berpergian
Bibel :
Laho
(Pergi)
NIV :
Journey
(Perjalanan)
NTG :
ταξίδι (Perjalanan)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah NIV
Ayat
15
LAI : Kesanggupannya
Bibel : Gogona
(Kekuatannya)
NIV : Ability
(Kemampuan)
NTG : ικανότητα (Kekuatannya)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah Bibel
Ayat
16 : Tidak ada perbedaan
yang signifikan
Ayat
17 : Tidak ada perbedaan
yang signifikan
Ayat
18
LAI :
Menggali
Bibel :
Dihali (Digali)
NIV :
Burrow (Menggali)
NTG :
τρυπώνω (Menggali)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah LAI NIV
Ayat
19
LAI : Mengadakan
Bibel : Mardabudabu
(Melaksanakan)
NIV : Carry on (Meneruskan)
NTG : συνέχισε (Melaksanakan)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah Bibel
Ayat
20
LAI : Menerima
Bibel : Manjalo
(Menerima)
NIV : Receive (mendapatkan)
NTG : λαμβάνω (Menerima)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah LAI dan Bibel
Ayat
21
LAI : Memberikan
Bibel :
Pasahaton (Menyampaikan)
NIV : Submit
(Menyerahkan)
NTG : δίνω (Menyerahkan)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah NIV
Ayat
22 : Tidak ada perbedaan
yang signifikan
Ayat
23
LAI : Hai
Hambaku
Bibel : Ale
Naposo (Hai Hambaku)
NIV :
Servant Me (Hambaku)
NTG : υπηρέτης μου (Hambaku)
Keputusan : Yang mndekati
NTG adalah NIV
Ayat
24
LAI : Menabur
Bibel : Panuananmu
(Menabur)
NIV : Disseminate
(Menyebarkan)
NTG : συς (Menabur)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah Bibel dan LAI
Ayat
25
LAI :
Menyembunyikan
Bibel : Mambunihon
(Menyembunyikan)
NIV : Conceal
(Merahasiakan)
NTG : κρύβω (merahasiakan)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah NIV
Ayat
26
LAI : Memungut
Bibel : Papunguhon
(Mengumpulkan)
NIV : Collect
(Mengumpulkan)
NTG : συγκεντρώνουν (Mengumpulkan)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah Bibel dan NIV
Ayat
27 : Tidak ada perbedaan
yang signifikan
Ayat
28
LAI : Mempunyai
Bibel : Mameop
(Memegang)
NIV : Have
(Mempunyai)
NTG : κρατήστε (Memegang)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah Bibel
Ayat
29
LAI :
Berkelimpahan
Bibel : Marlobilobi
(Berlebih-lebihan)
NIV : Abundants (Berlimpah-limpah)
NTG : αφθονούν (Berlimpah-limpah)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah NIV
Ayat
30
LAI : Campakkanlah
Bibel : Pabali
Hamu ( Lemparkan kalian)
NIV : Dump
it (Campakkanlah)
NTG : θα ρίξει (Lemparkan Kalian)
Keputusan : Yang mendekati
NTG adalah Bibel
2.6.2.
Kritik
Apparatus
Ayat 15-16:
“Didalam
Kritik Apparatus mengapit sebuah huruf yang menunjukkan mendekati tingkat
keaslian dari bacaan yang diadopsi didalam teks yang mengusulkan kata ἀπεδήμησεν εὐθέως πορευθείς yang berarti
“Dia Melakukannya” dari London:Sinaiticus dengan bacaan dari tulisan manuskrip
yang asli versi latin lama pada abad VIII/IX edisi Aland dalam satu revisi dari
tradisi Georgian didalam Injil, Kisah Para Rasul, dan surat-surat Paulus dari
Bapa Gereja Origenes.
Keputusan: Penafsir
menolak Kritik Apparatus karena tidak jelas letak yang mau dikritik dan
memperkabur makna teks.
2.6.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat
14: “Sebab
hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau perjalanan ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan
mempercayakan hartanya kepada mereka”.
Ayat
15: “Yang
seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain
lagi satu, masing-masing menurut kekuatannya,
lalu ia berangkat”.
Ayat
16: “Segera
pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu
beroleh laba lima talenta”.
Ayat
17: “Hamba
yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua
talenta”.
Ayat
18: “Tetapi
hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya”.
Ayat
19: “Lama
sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu melaksanakan perhitungan dengan mereka”.
Ayat
20: “Hamba
yang menerima lima talenta itu
datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan
percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta”.
Ayat
21: “Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbutanmu itu, hai hambaku yang baik
dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan menyerahkan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”.
Ayat
22: “Lalu
datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan
percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh dua talenta”.
Ayat
23: “Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hambaku yang baik dan setia, engakau telah setia memikul tanggung
jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan tuanmu”.
Ayat
24: “Kini
datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu
bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat
di mana tuan tidak menanam”.
Ayat
25: “Karena
itu aku takut dan pergi merahasiakan
talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!”.
Ayat
26: “Maka
jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu,
bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan mengumpulkan dari tempat di mana aku tidak menanam?”.
Ayat
27: “Karena
itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan
uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya”.
Ayat
28: “Sebab
itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang memegang sepuluh talenta itu”.
Ayat
29: “Karena
setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berlimpah-limpah. Tetapi siapa yang
tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.
Ayat
30: “Dan
lemparkanlah hamba yang tidak
berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat
ratap dan kertak gigi”.
2.7.
Tafsiran
Ayat
14-15:
Dalam
teks terjemahan LAI terdapat kalimat “sebab hal kerajaan Surga sama seperti…”
(25:14). Namun di dalam teks bahasa aslinya tidak ada kata “hal kerajaan
Surga,” bagian tersebut ditambahkan karena penafsiran LAI terhadap hubungan
antara perumpamaan gadis-gadis bijaksana dan bodoh dengan perumpamaan tentang
talenta. Hal ini didukung juga oleh kata sambung “sebab/ γαρ” (baca: gar) pada
awal ayat 14 untuk menunjukkan kesinambungan cerita. Tetapi kedua perumpamaan
bukanlah satu kesatuan (satu ilustrasi) melainkan 2 ilustrasi berbeda yang
masih memiliki tema yang sama. Sehingga sama seperti perumpamaan sebelumnya
maka perumpamaan tentang talenta merupakan salah satu perumpamaan yang menganalogikan
hal kerajaan surga dalam konteks akhir zaman.
Kerajaan Surga dikomparasikan (atau diperbandingkan) dengan seseorang yang akan
pergi melakukan perjalanan. Ia memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan
kepada mereka hartanya kepada mereka. Harta tersebut diberikan dalam satuan
talenta. Masing-masing 5, 2 dan 1 talenta. Harta tersebut tidak diberikan
tetapi hanya dipercayakan untuk dikerjakan. Jumlah yang berbeda ini sebenarnya
membawa pesan yang cukup kuat dalam keseluruhan perumpamaan. Mengapa
masing-masing hamba tidak diberikan jumlah yang sama, bukankah memberikan jumlah
yang sama lebih berkesan adil dari pada berbeda-beda? Perumpamaan ini juga
tidak mengatakan bahwa hamba-hamba tersebut mempunyai jabatan yang
berbeda-beda. Kalimat kunci yang memberikan petunjuk bagi masalah ini adalah
“masing-masing menurut kesanggupannya.” Ternyata tuan tersebut mengenal
masing-masing hamba dan ia mempercayakan talentanya, yakni hartanya sendiri,
dengan tujuan agar hamba-hambanya mengelola harta yang dipercayakannya
tersebut. Jika tujuannya adalah mengelola maka yang dipercayakan juga harus
sesuai dengan kemampuan hamba-hamba itu untuk mengelola. Jumlah talenta yang
diberikan adalah manifestasi dari kapasitas hamba-hamba tuan itu untuk
mengelola hartanya.
Talenta bukanlah suatu satuan mata uang melainkan satuan
berat atau timbangan. Talenta adalah ukuran timbangan yang setara dengan 34 kg.
Satu talenta emas tentu saja berbeda nilainya dengan satu talenta perak, jadi
nilainya sangat tergantung pada jenis logam apa yang ditimbang tersebut.
Konversi talenta ke mata uang juga sangat beragam dari waktu ke waktu dan dari
suatu tempat ke tempat yang lain. Beberap ahli memperkirakan dalam konteks ini
jumlah 5, 2 dan 1 talenta itu sama dengan 50.000, 20.000 dan 10.000 dinar.
Nilai terendah (1 talenta) dari uang yang dipercayakan tuan itu kepada hmab-hambanya
sama dengan sejumlah uang yang diperoleh dari hasil kerja selama 10.000 hari.
Jika upah kerja sehari sekarang ini dianggap Rp. 50.000 maka nilai 1 talenta
sama dengan Rp. 500.000.000 (½ Miliar). Suatu jumlah angka yang tidak sedikit
untuk memulai suatu usaha.
Ayat 16-17:
Hamba
pertama dan kedua memiliki kisah-kisah yang serupa dan cenderung ditulis dalam
kalimat-kalimat yang bisa dikatakan persis sama. Kedua hamba ini dipercayakan 5
dan 2 talenta. Setelah mendapatkan kepercayaan 5 talenta, hamba pertama
langsung pergi. Alkitab NASB (New American Standart Bible) menerjemahkan
immediately (dengan segera) untuk menunjukkan bahwa hamba yang pertama
itu mengerti apa yang diinginkan oleh tuannya. Ia pergi segera untuk menjalakan
uang tersebut. Kata “menjalankan” dalam bahasa aslinya adalah ergazomai
yang sebenarnya lebih tepat diterjemahkan “bekerja/ mengerjakan.” Jadi hamba
yang pertama pergi untuk mengerjakan sejumlah talenta yang diberikan kepadanya.
Narasi perumpamaan ini tidak mengatakan berapa lama hamba ini mengerjakan
talenta yang diberikan kepadanya itu namun yang jelas pada waktu tertentu
talenta yang tadinya 5 telah berlaba dan menghasilkan 5 talenta lagi sehingga
jumlah harta yang ada di tangan hamba pertama menjadi 10 talenta.
Hamba kedua melakukan hal yang persis sama dengan hamba
pertama. Jadi ia juga langsung pergi dan mengerjakan 2 talenta yang
dipercayakan kepadanya. Hasil yang diterima oleh hamba yang kedua juga sama
dengan hamba yang pertama, ketika ia mengerjakan talenta yang dipercayakan
kepadanya ia mendapatkan laba 2 talenta dan jumlah harta yang ada di tangannya
sekarang adalah 4 talenta.
Setelah mengerjakan harta yang dipercayakan hamba pertama
mendapatkan 5 talenta dan hamba kedua menghasilkan 2 talenta, berbeda secara
jumlah secara signifikan dengan hamba yang pertama. Namun secara persentase,
jumlah laba yang dihasilkan hamba pertama dan hamba kedua sama besar, yakni
100% (dipercayakan 5 mendapat laba 5, dipercayakan 2 mendapat laba 2).
Pada waktu tuan mereka datang kembali, ia membuat
perhitungan dengan hamba-hambanya. Hamba pertama dan kedua menghadap dengan
membawa talenta yang dipercayakan kepada mereka beserta dengan labanya. Jadi
hamba pertama membawa 10 talenta dan hamba kedua 4 talenta. Apa respon tuan
mereka? Dari seluruh kalimat yang diucapkan oleh tuan tersebut klausa
terpenting yang memberikan pesan kunci tentang apa yang telah dikerjakan oleh
hamba-hamba tersebut adalah “hamba yang baik dan setia.” Kata “baik dan setia”
tidak bisa dipisahkan karena kedua kata tersebut mempunyai pesan yang sama.
Baik yang dimaksud adalah karena mereka setia kepada perkara yang dipercayakan
kepada mereka. Tuan tersebut mengatakan bahwa perkara itu adalah perkara kecil
karena ia akan mempercayakan mereka perkara yang besar. Sikap setia pada
perkara kecil adalah sikap yang baik. Kesetiaan dan kebaikan mereka mendapatkan
buah yang lain yaitu kepercayaan untuk perkara-perkara besar. Baik hamba
pertama dan hamba kedua mendapatkan kepercayaan perkara besar yang sama.
Ayat 24-30:
Kontras
dengan hamba pertama dan kedua, hamba ketiga ini tidak pergi menjalankan 1
talenta yang dipercayakan kepadanya. Sebaliknya ia pergi menggali lobang dan
menyimpan yang itu di sana sehingga talenta itu tidak berlaba, jumlahnya tetap
sama. Pada waktu tuannya datang, yang lain mengembalikan 2x lipat, ia hanya
mengembalikan sejumlah yang diberikan oleh tuannya. Mengapa hamba ketiga gagal
dalam kepercayaan yang diberikan kepadanya? Jawabannya tersirat dalam
jawabannya hamba ketiga ini dan respon tuannya.
Berbeda dengan dua hamba yang lain, hamba ketiga tidak
memulai dialog dengan menjelaskan bagaimana keberadaan harta yang telah
dipercayakan tuannya itu kepadanya. Ia justru memulainya dengan memberikan
sebuah pembenaran atas apa yang sudah ia lakukan terhadap talenta yang
dipercayakan kepadanya. Ia mengatakan bahwa ia tahu bahwa tuannya itu adalah
seorang yang kejam skleros. Kata yang hanya digunakan oleh Matius. Kejam
yang dimaksud oleh hamba ketiga ini lebih lanjut dijelaskan dalam 2 hal. Tuan
itu kejam karena dia (a) menuai di tempat di mana tuan tidak menabur, dan (b)
memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Jika diperhatikan dengan
seksama sebenarnya kedua ini memiliki arti yang sinonim karena kata-kata yang
digunakan bersifat paralel; menuai = memungut, menabur = menanam. Ia salah
mengerti mengenai tuannya. Ia tidak mengenal siapa tuannya dan apa maksud
tuannya mempercayakan harta 1 talenta itu kepadanya. Itulah sebabnya ia
memutuskan untuk menanam saja uang tersebut dan kemudian mengembalikan talenta
itu utuh kepada tuannya, tidak kurang dan tidak lebih. Ia melihat tuannya itu
sebagai tuan yang kejam, yang bersikap picik dan hanya memanfaatkan dirinya,
itulah sebabnya ia tidak mengerjakannya. Perumpamaan ini tidak mengatakan bahwa
hamba ketiga ini iri hati kepada 2 hamba yang lain karena mereka diberikan
lebih banyak dari pada dirinya. Jadi kegagalan hamba ketiga ini bukan
disebabkan karena ia tidak puas dengan pembagian 5, 2 dan 1.
Hamba ketiga gagal melabakan talenta yang diberikan
kepadanya. Jika hamba ketiga tidak bisa menghasilkan 1 talenta dari apa yang
diharapkan dari padanya, apakah tuannya kurang mengenal hamba tersebut sehingga
salah perhitungan dengan memberikannya 1 talenta? Jawabannya adalah sebaliknya!
Hamba ketiga ini sebenarnya mampu menghasilkan laba 1 talenta lagi sehingga
sepulangnya tuan mereka dari perjalanan ia memiliki 2 talenta di tangan.
Kemampuannya 1 talenta tetapi menghasilkan 0, maka tuannya mengatakan “engkau
hamba yang jahat dan malas.” Sama seperti kasus dua hamba yang lain, kata jahat
dan malas merupakan satu kesatuan, jahat berarti ia malas mengerjakan apa yang
dipercayakan kepadanya. Ia tidak perlu menghasilkan 5 atau 2 talenta, tuannya
tidak meminta sejumlah demikian. Ia diberikan 1 karena ia pasti mampu
menghasilkan 1 talenta lagi, di mata tuannya hamba ketiga ini adalah hamba yang
malas tidak dapat dipercaya, tidak mau maksimal oleh karena itu ia tidak akan
dipercayakan perkara-perkara yang besar karena hanya dengan perkara yang kecil
saja ia tidak beres.
2.8.
Scopus
Lakukanlah
pelayanan dengan penuh ikhlas tanpa mengharapkan imbalan yang besar. Kalau kita
memperoleh penghasilan yang banyak harus bekerja yang giat dan berusaha.
III.
Refleksi
Teologis
Dalam
Injil Matius 25:14-30, perumpamaan tentang talenta, kita diajar untuk mengerti
arti talenta yang ingin disampaikan oleh Yesus, kita diajar untuk melihat
bagaimana cara kita menyikapi talenta yang ada pada kita. Dalam perumpamaan
tentang talenta ini Yesus bukan ingin berbicara semata-mata tentang talenta
dalam arti ukuran uang 6000 dinar, Yesus menggunakan perumpaman talenta untuk
menjelaskan tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba dalam konteks kerajaan
Allah. Ada beberapa hal pokok yang bisa kita pelajari dari perumpamaan tentang
talenta yang ada dalam Injil Matius 25:14-30 ini, yang pertama, Yesus ingin
mengatakan bahwa sesungguhnya setiap orang diberikan talenta, tidak ada satupun
orang yang tidak diberikan talenta olehNya. Dalam I Korintus 12:11 mengatakan
“tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia pada tiap-tiap orang secara khusus seperti yang
dikehendakiNya”. Jadi jelas, Dia memberikan talenta kepada tiap-tiap orang,
tidak ada seorangpun yang tidak diberikanNya talenta.
Yang kedua, setiap talenta itu berasal dari Tuhan, Dia yangmemberikan talenta
itu kepada kita, kita tidak dapat memaksa dan memerintah Dia untuk memberikan
talenta sesuai dengan keinginan atau ambisi kita. Dia yang mempunyai talenta
maka sepenuhnya Dia yang berkuasa untuk menentukan dan memberikan talenta itu
kepada kita. Tapi satu hal yang pasti, Dia mengetahui kemampuan kita sehingga
Dia memberikan karunia talenta itu sesuai dengan kemampuan kita masing-masing,
Matius 25:15 “yang seorang diberikanNya lima talenta, yang seorang lagi dua,
dan yang seorang lagi satu, masing-masing menurut kemampuannya”.
Yang ketiga,Dia tidak hanya menitipkan hartanya atau talentaNya begitu saja,
Dia menuntut tanggung jawab kita untuk menggunakan dan mengembangkan talenta
yang di berikanNya kepada kita. Dia tidak melihat jumlah dari yang kita
dapatkan, tapi Dia melihat bagaimana sikap dan tanggung jawab kita untuk
menggunakan talenta yang telah Dia berikan untuk kita. Mat 25:21 “maka kata
tuannya itu kepadanya, baik sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan
setia, engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan padamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu”.
Yang keempat, setiap orang yang tidak menggunakan dan mengembangkan talenta
yang telah diberikan kepadanya dengan benar, maka talenta yang telah diberikan
dan yang ada padanya akan diambil daripadanya, Matius 25:29 “karena setiap
orang yang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi
siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil
daripadanya”.
Yang kelima, talenta yang diberikanNya kepada kita itu mempunyai maksud, yaitu
untuk memperluas kerajaanNya, Matius 25:27b “supaya sekembalinya aku
menerimanya serta dengan bunganya”.
Tuhan memberikan kita talenta sebagai alat untuk menjalankan
pekerjaan-pekerjaanNya di dunia, apapun juga talenta yang diberikanNya kepada
kita haruslah kita pergunakan dengan tujuan untuk membangun kerajaanNya dan
membangun sesama kita, I Korintus 14:26 “jadi bagaimana sekarang
saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul hendaklah tiap-tiap orang
mempersembahkan sesuatu. Yang seorang pemazmur, yang lain pengajar, atau
pernyataan Allah atau karunia berbahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan
bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun”.
Dengan demikian sekarang kita telah mengetahui arti talenta yang dimaksudkan
dalam perumpamaan talenta tadi. Talenta adalah segala sesuatu yang diberikan
Allah kepada kita sebagai anugerah dalam rangka memperlebar kerajaan Allah,
talenta yang telah diberikan kepada kita bukan untuk kita simpan ataupun kita
pergunakan untuk kesenangan pribadi atauambisi pribadi kita, melainkan harus
kita pergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan Allah didunia.
IV.
Kesimpulan
Sejak
awal, pada waktu ia pergi, tuan itu telah merencanakan untuk memberikan
kepercayaan yang besar kepada hamba-hambanya. Dipercayakan 5, 2 dan 1 talenta
adalah perkara kecil, meskipun secara nilai, harta sejumlah itu sangat besar.
Mengelola dan mengerjakan talenta-talenta itu adalah ujian apakah mereka layak
untuk mendapatkan atau dipercayakan perkara-perkara yang besar. Yang dituntut
bukanlah angka tetapi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dua hamba pertama
menunjukkan kualitas diri mereka bahwa mereka adalah hamba-hamaba yang baik dan
setia, mereka mampu menghasilkan talenta sejumlah kemampuan mereka.
Apabila semua hamba dipercayakan sama banyak, misalnya
masing-masing diberikan 10 talenta, apakah ketiga hamba itu akan menghasilkan
masing-masing 10 talenta? Jawabannya “tidak.” Karena seperti yang dikatakan
sebelumnya bahwa tuan mereka memberikan talenta-talenta itu berdasarkan
kemampuan mereka untuk mengelolanya. Hamba pertama diberikan 5 talenta karena
kemampuannya adalah menghasilkan laba 5 talenta, jika ia dipercayakan kurang
dari 5 talenta maka ia tidak akan maksimal. Demikian pula halnya dengan hamba
kedua dipercayakan 2 talenta karena dengan jumlah demikian ia bisa maksimal,
yakni menghasilkan 2.
Konsep
talenta ini seharusnya membuat orang-orang percaya tidak saling cemburu karena
beberapa orang mengerjakan banyak perkara yang besar sementara sebagian lagi
hanya mengerjakan pekerjaan yang sederhana. Sebagian orang Kristen diberikan
karunia yang luar biasa sehingga mereka dapat melakukan banyak hal dengan
sangat baik tetapi sebagian lagi hanya bisa mengerjakan sedikit. Tuhan selalu
memberikan pelayanan berdasarkan kemampuan orang tersebut untuk mengerjakannya
dengan baik. Oleh karena itu orang yang dipercayakan banyak harus bekerja lebih
keras dan orang-orang yang dipercayakan hanya sedikit tidak boleh merasa diri
kecil. Setiap orang memiliki bagiannya sendiri-sendiri karena itu setipa orang percaya
harus menggumulkan apa yang menjadi bagiannya dan mengerjakannya dengan setia
sampai waktu yang dipercayakan itu selesai.
V.
Daftar
Pustaka
B.F Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: 1986
Barclay William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Matius 1-10,
Jakarta: BPK-GM, 1993
Benyamin Hakh Samuel, Pemberian Tentang Yesus menurut Injil-injil
Sinoptik
Bray Gerald, Biblical Interpretation Past and Present,
England: Intervarsity Press, 1996
Browning W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2007
C. Tenney Merril, Survey Perjanjian Baru, Malang: Gandum
Mas, 2006
Drane Jhon, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 1998
Duyverman M.E., Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 2003
Groenen C., Pangantar Ke Dalam Perjanjian Baru,
Jakarta: BPK-GM, 2002
Gundry Robert, Matthew
a Commentary on his Literary and Theological Art, Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1982
Hayes John H dan Carl
R. Holiday, Biblical Exegesis,
Atlanta: John Knox Press, 1982
Hill David, The
Gospel of Matthew, Grand Rapids: Eerdmans, 1981
Khomeni Imam, Palestina Dalam Pandangan Imam Khoemi,
Jakarta: Pustaka Zahra, 2004
Lembaga Alkitab
Indonesia, Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2000
Owen
John, A commentary, critical, expository
and practical, on the Gospels of Matthew and Mark, New York: Leavitt and
Allen, 1857
Pasaribu Marulak, Eksposisi Injil Sinoptik, Malang: Gandum
Mas, 2005
R.T France, The
Gospel According to Matthew: an Introduction and Commentary, Leicester: Inter-Varsity, 1985
Sitompul A.A., Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2004